Berbekal pengalaman Pilkada di berbagai daerah kabupaten/kota dan propinsi di Indonesia dalam berapa tahun terakhir ini, yang rata-rata menggunakan biaya besar, dan selalu terkesan bernuansa politik uang, maka dapat diprediksi bahwa pemilu yang akan datang memerlukan dana yang sangat besar, yang bukan hanya dana dari APBN dan APBD, tetapi juga dari partai dan calon legislatif.
Sebuah pesta politik yang sangat gemerlapan dan mendebarkan, karena ketika itu, mulai dari pusat sampai ke daerah akan turun hujan uang dan janji politik yang menggiurkan. Masyarakat menjadi idola yang dielukan bahkan sangat diperhatikan, mulai dari isi saku, periuk nasi dan sampai ke usaha perekonomian masyarakat saat ini.
Politik uang seakan merupakan keharusan dalam perkembangan demokratisasi di Indonesia saat ini, dan ini seakan legalis, karena pemberian sumbangan kemesjid, pemberian bantuan kepada masyarakat miskin dan anak yatim, pemberian sembako dan segala macam bentuk kerja bakti yang dilakukan oleh para peserta atau petarung dalam merebut jabatan politis seakan menjadi budaya baru dan mulai hidup dinamis di bangsa ini.
Pengawas pemilihan kepala daerah, dan pengawas pemilihan umum tak kan mampu berbuat banyak, karena mereka para calon presiden, legislatif atau calon kepala daerah hanya bersosialisasi, soal dia menyumbang atau tidak itu kepentingan mereka, yang penting jangan tertangkap basah,,, atau tidak berbagi dengan sesama pencari keuntungan dan kepentingan, semua aman kalau hujan (hujan uang).
Bagi para calon yang tak memiliki uang, mereka melakukan kerja bakti atau bakti sosial yang sebelumnya tak pernah mereka lakukan, membersihkan kampung orang, mempoging rumah orang, padahal kampungnya tak pernah ia bersihkan, rumahnya tak pernah ia poging, dengan alasan ia peduli dengan masyarakat dan daerah tempat dimana daerah tersebut menjadi daerah penentu baginya untuk menduduki jabatan politis. Ironisnya mereka akan mengatakan kita bersih dari politik uang, kita berusaha untuk memberikan yang terbaik, kita bukan pelaku politik uang dan sejenis, kita bersih dari keadaan ini. Jika ia duduk dijabatan politis, maka ia berjanji akan melakukan ini dan itu untuk masyarakat, karena kami berjuang untuk masyarakat dan bangsa ini ( sebuah janji politik yang tak pernah pasti).
Lalu bagaimana dengan masyarakat pemilih????
Masyarakat mulai mengerti, masyarakat mulai menyadari,, bahwa ternyata ia sangat penting dan berarti. Keberartiannya ini mereka gunakan untuk mencari siapa penyumbang terbanyak saat ini, siapa pembersih / pekerja bakti terhebat dikampung ini, kalau perlu mereka undang dan mereka manfaatkan untuk kepentingan pribadi atau kelompok dalam masyarakat ini. Alasannya adalah "ini adalah kantong massa calon A dan partai A" atau kami pendukung calon A atau partai A, ATAU dengan pernyataan "kami mendukung sepenuhnya calon A atau partai A" atau Relawan Calon A....... selama ada HU "hujan uang", kalau tidak? kita pasti tau jawabannya.
Saya menyadari bahwa tidak semua masyarakat kita seperti itu,,, masih banyak masyarakat yang memiliki idealisme yang kuat, yang berpandangan jauh ke depan, dan penuh dengan pertimbangan keadilan dan kemaslahatan. Namun,,,,kadang idealis lebih memilih golput ketimbang memilih, walau ia sadar itu tidak banyak merobah bahkan malah memperparah.
Akhirnya tetap saja HU dan janji politis yang memegang tampuk kekuasaan 2009.
Thursday, October 30, 2008
Pemilu 2009 Akan Hujan Uang dan Janji Politis
10:51 AM
No comments
0 comments:
Post a Comment