Thursday, October 30, 2008

BBM, Kepentingan Pemerintah dan Rakyat

Kenaikan harga bahan bakar minyak beberapa bulan yang lalu telah membawa duka nestapa bagi masyarakat di Indonesia terutama masyarakat kelas bawah. semua harga bahan pokok meningkat, sementara pendapatan masyarakat masih tetap seperti semula. Namun masyarakat tetap berjiwa besar menerima, karena alasan pemerintah "kita tak punya pilihan lain" "namun jika harga minyak dunia turun, maka tentunya kita akan menurunkannya". dengan ketidak mampuan masyarakat menerima keinginan pemerintah tersebut walau ia harus menanggung derita. Namun sampai tulisan ini dibuat setelah satu bulan harga bahan bakar minyak dunia / internasional turun, bahkan mendekati 60 $ per barel, pemerintah kita masih tetap belum menurunkan harga bahanan bakar minyak tersebut, pemerintah masih pikir-pikir dengan ekonomi global, padahal didalam negeri ini masyarakat sudah mulai tak mampu berdiri, masyarakat sudah mulai kena serangan penyakit menular yang sangat menakutkan yaitu "kanker ganas" (kantong kering) yang satu saat akan mengakibat berbagai kesenjangan, berbagai penyimpangan, berbagai kejahatan, dan berbagai tindakan asal bisa mengobati penyakit ganas ini, karena mereka butuh makan, butuh pakaian, butuh tempat tinggal dan butuh pendidikan, sementara pendapatan mereka habis hanya untuk mengikuti tren pemerintah yang menaikkan harga bahan bakar minyak dan segala imbasnya.

Bukankah pemerintah selalu bertekad untuk kesejahteraan rakyat? pemerintah selalu berdebat untuk kemasalahatan masyarakat? agar masyarakat dapat hidup layak? tapi masyarakat atau rakyat yang mana sebenarnya yang dikatakan oleh pemerintah tersebut. rakyat yang mana yang menjadi prioritas pembangunan? karena hari ini rakyat sudah tidak memiliki daya dan upaya menghadapi kanker ganas, padahal perut mereka sama halnya dengan perut pemerintah, keinginan mereka sama halnya dengan keinginan pemerintah. Namun rakyat tak mungkin sama dengan pemerintah, kanker hanya untuk rakyat, kanker hanya untuk masyarakat, "Pemerintah" ? hanya mengucapkan atas kepentingan rakyat, pemerintah hanya mengucapkan untuk kesejahteraan rakyat banyak, realitasnya kata rakyat dan masyarakat tak lebih hanya sekedar proyek kemanusiaan dengan profit politis, ekonomis, dan personalis.

Saya menyadari bahwa menaik turunkan BBM bukanlah pekerjaan yang mudah dan seketika, namun seharusnya pemerintah tidak berleha-leha dengan kenyataan yang ada. karena keterlambatannya akan semakin menambah parah perekonomian komponen bangsa ini, semakin memperbanyak masalah, dan memperburuk keadaan kita semua. hanya sebagian kecil saja yang diuntungkan dengan keadaan ini, itupun harus dengan sikap yang harus benar-benar hati-hati. Untuk itu, melalui tulisan ini saya berharap terbukanya hati pengambil kebijakan dan kompoten terkait agar membahas penurunan harga bahan bakar minyak, karena minyak merupakan keterkaitan naiknya harga bahan lainnya. kita sangat mengharapkan kebijakan yang benar-benar bijak agar rakyat atau masyarakat "Bukan Bahan Mainan (BBM) " tapi masyarakat "Bisa Berbuat Maksimal (BBM) " untuk mempertahankan hidup, harkat dan martabat sebagai bangsa yang besar, bangsa yang berkeadilan dan berprikemanusiaan.

0 comments: