This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Thursday, October 30, 2008

Pemilu 2009 Akan Hujan Uang dan Janji Politis

Berbekal pengalaman Pilkada di berbagai daerah kabupaten/kota dan propinsi di Indonesia dalam berapa tahun terakhir ini, yang rata-rata menggunakan biaya besar, dan selalu terkesan bernuansa politik uang, maka dapat diprediksi bahwa pemilu yang akan datang memerlukan dana yang sangat besar, yang bukan hanya dana dari APBN dan APBD, tetapi juga dari partai dan calon legislatif.
Sebuah pesta politik yang sangat gemerlapan dan mendebarkan, karena ketika itu, mulai dari pusat sampai ke daerah akan turun hujan uang dan janji politik yang menggiurkan. Masyarakat menjadi idola yang dielukan bahkan sangat diperhatikan, mulai dari isi saku, periuk nasi dan sampai ke usaha perekonomian masyarakat saat ini.
Politik uang seakan merupakan keharusan dalam perkembangan demokratisasi di Indonesia saat ini, dan ini seakan legalis, karena pemberian sumbangan kemesjid, pemberian bantuan kepada masyarakat miskin dan anak yatim, pemberian sembako dan segala macam bentuk kerja bakti yang dilakukan oleh para peserta atau petarung dalam merebut jabatan politis seakan menjadi budaya baru dan mulai hidup dinamis di bangsa ini.
Pengawas pemilihan kepala daerah, dan pengawas pemilihan umum tak kan mampu berbuat banyak, karena mereka para calon presiden, legislatif atau calon kepala daerah hanya bersosialisasi, soal dia menyumbang atau tidak itu kepentingan mereka, yang penting jangan tertangkap basah,,, atau tidak berbagi dengan sesama pencari keuntungan dan kepentingan, semua aman kalau hujan (hujan uang).
Bagi para calon yang tak memiliki uang, mereka melakukan kerja bakti atau bakti sosial yang sebelumnya tak pernah mereka lakukan, membersihkan kampung orang, mempoging rumah orang, padahal kampungnya tak pernah ia bersihkan, rumahnya tak pernah ia poging, dengan alasan ia peduli dengan masyarakat dan daerah tempat dimana daerah tersebut menjadi daerah penentu baginya untuk menduduki jabatan politis. Ironisnya mereka akan mengatakan kita bersih dari politik uang, kita berusaha untuk memberikan yang terbaik, kita bukan pelaku politik uang dan sejenis, kita bersih dari keadaan ini. Jika ia duduk dijabatan politis, maka ia berjanji akan melakukan ini dan itu untuk masyarakat, karena kami berjuang untuk masyarakat dan bangsa ini ( sebuah janji politik yang tak pernah pasti).
Lalu bagaimana dengan masyarakat pemilih????
Masyarakat mulai mengerti, masyarakat mulai menyadari,, bahwa ternyata ia sangat penting dan berarti. Keberartiannya ini mereka gunakan untuk mencari siapa penyumbang terbanyak saat ini, siapa pembersih / pekerja bakti terhebat dikampung ini, kalau perlu mereka undang dan mereka manfaatkan untuk kepentingan pribadi atau kelompok dalam masyarakat ini. Alasannya adalah "ini adalah kantong massa calon A dan partai A" atau kami pendukung calon A atau partai A, ATAU dengan pernyataan "kami mendukung sepenuhnya calon A atau partai A" atau Relawan Calon A....... selama ada HU "hujan uang", kalau tidak? kita pasti tau jawabannya.
Saya menyadari bahwa tidak semua masyarakat kita seperti itu,,, masih banyak masyarakat yang memiliki idealisme yang kuat, yang berpandangan jauh ke depan, dan penuh dengan pertimbangan keadilan dan kemaslahatan. Namun,,,,kadang idealis lebih memilih golput ketimbang memilih, walau ia sadar itu tidak banyak merobah bahkan malah memperparah.
Akhirnya tetap saja HU dan janji politis yang memegang tampuk kekuasaan 2009.

BBM, Kepentingan Pemerintah dan Rakyat

Kenaikan harga bahan bakar minyak beberapa bulan yang lalu telah membawa duka nestapa bagi masyarakat di Indonesia terutama masyarakat kelas bawah. semua harga bahan pokok meningkat, sementara pendapatan masyarakat masih tetap seperti semula. Namun masyarakat tetap berjiwa besar menerima, karena alasan pemerintah "kita tak punya pilihan lain" "namun jika harga minyak dunia turun, maka tentunya kita akan menurunkannya". dengan ketidak mampuan masyarakat menerima keinginan pemerintah tersebut walau ia harus menanggung derita. Namun sampai tulisan ini dibuat setelah satu bulan harga bahan bakar minyak dunia / internasional turun, bahkan mendekati 60 $ per barel, pemerintah kita masih tetap belum menurunkan harga bahanan bakar minyak tersebut, pemerintah masih pikir-pikir dengan ekonomi global, padahal didalam negeri ini masyarakat sudah mulai tak mampu berdiri, masyarakat sudah mulai kena serangan penyakit menular yang sangat menakutkan yaitu "kanker ganas" (kantong kering) yang satu saat akan mengakibat berbagai kesenjangan, berbagai penyimpangan, berbagai kejahatan, dan berbagai tindakan asal bisa mengobati penyakit ganas ini, karena mereka butuh makan, butuh pakaian, butuh tempat tinggal dan butuh pendidikan, sementara pendapatan mereka habis hanya untuk mengikuti tren pemerintah yang menaikkan harga bahan bakar minyak dan segala imbasnya.

Bukankah pemerintah selalu bertekad untuk kesejahteraan rakyat? pemerintah selalu berdebat untuk kemasalahatan masyarakat? agar masyarakat dapat hidup layak? tapi masyarakat atau rakyat yang mana sebenarnya yang dikatakan oleh pemerintah tersebut. rakyat yang mana yang menjadi prioritas pembangunan? karena hari ini rakyat sudah tidak memiliki daya dan upaya menghadapi kanker ganas, padahal perut mereka sama halnya dengan perut pemerintah, keinginan mereka sama halnya dengan keinginan pemerintah. Namun rakyat tak mungkin sama dengan pemerintah, kanker hanya untuk rakyat, kanker hanya untuk masyarakat, "Pemerintah" ? hanya mengucapkan atas kepentingan rakyat, pemerintah hanya mengucapkan untuk kesejahteraan rakyat banyak, realitasnya kata rakyat dan masyarakat tak lebih hanya sekedar proyek kemanusiaan dengan profit politis, ekonomis, dan personalis.

Saya menyadari bahwa menaik turunkan BBM bukanlah pekerjaan yang mudah dan seketika, namun seharusnya pemerintah tidak berleha-leha dengan kenyataan yang ada. karena keterlambatannya akan semakin menambah parah perekonomian komponen bangsa ini, semakin memperbanyak masalah, dan memperburuk keadaan kita semua. hanya sebagian kecil saja yang diuntungkan dengan keadaan ini, itupun harus dengan sikap yang harus benar-benar hati-hati. Untuk itu, melalui tulisan ini saya berharap terbukanya hati pengambil kebijakan dan kompoten terkait agar membahas penurunan harga bahan bakar minyak, karena minyak merupakan keterkaitan naiknya harga bahan lainnya. kita sangat mengharapkan kebijakan yang benar-benar bijak agar rakyat atau masyarakat "Bukan Bahan Mainan (BBM) " tapi masyarakat "Bisa Berbuat Maksimal (BBM) " untuk mempertahankan hidup, harkat dan martabat sebagai bangsa yang besar, bangsa yang berkeadilan dan berprikemanusiaan.